
Manufaktur modern sedang mengalami pergeseran paradigma dari sistem reaktif ke sistem proaktif. Jika sebelumnya perusahaan menunggu mesin bermasalah sebelum melakukan perbaikan, kini pendekatan baru dengan Edge Intelligence memungkinkan prediksi dan tindakan dilakukan sebelum masalah muncul. Dengan pemrosesan data di dekat sumbernya, manufaktur dapat memanfaatkan analitik prediktif untuk menciptakan lingkungan produksi yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan.
Edge Intelligence menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan komputasi edge. Sensor IoT yang terpasang di mesin produksi mengumpulkan data real-time seperti getaran, suhu, atau konsumsi energi. Data ini kemudian diproses langsung di perangkat edge tanpa harus menunggu cloud, sehingga respon bisa dilakukan dalam hitungan milidetik. Shi et al. (2016) menjelaskan bahwa edge computing mampu memangkas latensi hingga 80%, menjadikannya ideal untuk manufaktur yang menuntut kecepatan tinggi.
Salah satu penerapan terpenting adalah predictive maintenance. Dengan Edge Intelligence, sistem dapat memprediksi kapan mesin akan mengalami gangguan berdasarkan pola anomali yang terdeteksi. Hal ini mengurangi downtime tak terduga, menghemat biaya perawatan, dan memperpanjang umur mesin. Menurut Deloitte (2020), perusahaan yang menerapkan predictive maintenance berbasis edge mampu menurunkan biaya operasional hingga 25% dan meningkatkan waktu operasional mesin sebesar 30%.
Selain itu, Edge Intelligence mendukung optimasi proses produksi. Misalnya, AI yang berjalan di edge dapat menyesuaikan parameter produksi secara otomatis untuk menjaga kualitas produk tetap konsisten. Di industri otomotif, sistem edge dapat mendeteksi cacat produksi secara instan melalui kamera visi komputer. Di sektor farmasi, Edge AI mampu mengontrol suhu dan kelembaban dalam jalur produksi obat untuk memastikan standar kualitas internasional.
Manufaktur proaktif juga membantu dalam efisiensi energi. Edge AI dapat menganalisis pola konsumsi listrik dan mengoptimalkan penggunaan energi secara adaptif. Hal ini penting mengingat biaya energi menjadi salah satu pengeluaran terbesar dalam industri. Menurut Xu et al. (2021), integrasi Edge Intelligence dengan sistem produksi dapat menurunkan konsumsi energi hingga 20% tanpa menurunkan output.
Tentu saja, penerapan manufaktur proaktif dengan Edge Intelligence masih menghadapi tantangan. Investasi awal untuk sensor, perangkat edge, dan integrasi AI cukup tinggi. Selain itu, keamanan siber menjadi isu penting karena data sensitif diproses di lapangan. Namun, tren global menunjukkan semakin banyak perusahaan manufaktur yang mulai beralih ke sistem proaktif sebagai bagian dari strategi transformasi digital mereka.
Dengan Edge Intelligence, manufaktur tidak lagi hanya merespons masalah ketika terjadi, tetapi mampu memprediksi, mencegah, dan mengoptimalkan sebelum masalah muncul. Inilah langkah penting menuju era smart factory yang benar-benar adaptif, berkelanjutan, dan kompetitif di pasar global.
Referensi
- Shi, W., Cao, J., Zhang, Q., Li, Y., & Xu, L. (2016). Edge Computing: Vision and Challenges. IEEE Internet of Things Journal, 3(5), 637–646. https://doi.org/10.1109/JIOT.2016.2579198
- Deloitte. (2020). Predictive Maintenance and the Smart Factory. Deloitte Insights. https://www2.deloitte.com
- Xu, X., Lu, Y., Vogel-Heuser, B., & Wang, L. (2021). Industry 4.0 and Industry 5.0—Inception, Conception and Perception. Journal of Manufacturing Systems, 61, 530–535. https://doi.org/10.1016/j.jmsy.2021.10.006
- Lee, J., Bagheri, B., & Kao, H. A. (2015). A Cyber-Physical Systems Architecture for Industry 4.0-based Manufacturing Systems. Manufacturing Letters, 3, 18–23. https://doi.org/10.1016/j.mfglet.2014.12.001
- Zhong, R. Y., Xu, C., Chen, C., & Huang, G. Q. (2017). Big Data Analytics for Physical Internet-based Intelligent Manufacturing Shop Floors. International Journal of Production Research, 55(9), 2610–2621. https://doi.org/10.1080/00207543.2015.1086037