
Menuju dunia yang lebih hijau bukan sekadar slogan—ini adalah tuntutan zaman. Target global untuk mencapai net zero emission pada pertengahan abad ini telah mendorong transformasi besar-besaran di sektor industri, yang selama ini menjadi salah satu kontributor utama emisi karbon dunia. Dalam pusaran perubahan ini, teknik industri memegang peran krusial sebagai penggerak efisiensi, inovasi sistem, dan integrasi solusi berkelanjutan.
Secara historis, industri berat dan manufaktur sangat bergantung pada bahan bakar fosil, baik untuk proses produksi, logistik, maupun pemanasan. Namun, pendekatan teknik industri yang sistematis dan berbasis data memungkinkan perusahaan mendesain ulang proses dengan prinsip green engineering. Mulai dari analisis siklus hidup produk (LCA), optimasi supply chain rendah emisi, hingga pemodelan energi pada sistem produksi, semua menjadi bagian dari peran integral teknik industri dalam transisi energi.
Studi dari Journal of Cleaner Production (2023) menegaskan bahwa penerapan teknik industri dalam manajemen energi dapat menurunkan konsumsi energi hingga 25% di lini produksi yang sebelumnya boros. Salah satu pendekatannya adalah melalui lean energy management, di mana pemborosan energi diidentifikasi dan dieliminasi sebagaimana prinsip lean production tradisional.
Salah satu contoh nyata datang dari Unilever Indonesia. Dengan kolaborasi antara tim teknik industri dan lingkungan, mereka berhasil mengonversi fasilitas produksi di Cikarang menjadi salah satu pabrik netral karbon pertama di Asia Tenggara. Langkahnya mencakup elektrifikasi proses termal, pemanfaatan biomassa lokal, serta digital twin untuk monitoring konsumsi energi secara real-time.
Di sisi lain, peran engineer industri juga semakin diperlukan dalam transisi ke energi terbarukan. Di sektor otomotif, teknik industri membantu mendesain ulang proses produksi untuk kendaraan listrik (EV), termasuk perhitungan energy footprint per unit produk, serta integrasi energi surya di pabrik perakitan. Ini tidak hanya mengurangi emisi, tapi juga menciptakan model bisnis yang lebih resilien terhadap fluktuasi harga energi.
Namun tantangan masih ada: tidak semua industri siap berinvestasi pada teknologi hijau, dan banyak fasilitas legacy yang sulit dimodernisasi. Di sinilah pendekatan teknik industri—yang holistik dan berbasis analisis—menawarkan solusi bertahap: audit energi, simulasi skenario dekarbonisasi, dan integrasi manajemen lingkungan dalam sistem ERP perusahaan.
Lebih dari sekadar efisiensi, teknik industri kini menjadi jembatan antara ambisi keberlanjutan dan realitas operasional. Insinyur masa kini tidak hanya dituntut mengerti flowchart dan workstation layout, tetapi juga memahami perhitungan jejak karbon, standar ISO 50001, dan prinsip ekonomi sirkular.
Net zero bukan hanya tantangan teknologi, tetapi juga tantangan sistem. Dan dalam sistem, teknik industri adalah arsiteknya—merancang proses yang bukan hanya produktif, tetapi juga bertanggung jawab terhadap bumi.
Referensi Ilmiah dan Industri
- Journal of Cleaner Production. (2023). Industrial Engineering Approaches to Decarbonizing Manufacturing.
- Elsevier Energy Reports. (2022). Lean Energy Management for Industrial Sustainability.
- Unilever Global Sustainability Report. (2023). Towards Net-Zero Manufacturing Facilities in Asia.
- McKinsey & Company. (2024). Net Zero Industry Tracker: Roadmap and Role of Systems Engineering.
- IEEE Transactions on Industrial Informatics. (2024). Energy Monitoring and Optimization Using Digital Twin Technologies.