Surabaya, Mei 2023 – Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Telkom Surabaya turut mendukung perkembangan UMKM dengan membantu penerapan Halal Supply Chain pada Gajah Mungkur Group (GMG), salah satu produsen mie yang memiliki banyak cabang dan berpusat di Wonoayu, Sidoarjo.

Ketua Program Pengabdian Masyarakat IT Telkom Surabaya, Silvi Istiqomah, mengadakan sosialisasi dan pendampingan guna memastikan mitra dapat mengembangkan produk mereka sesuai dengan standar yang baik. Pemilik usaha GMG menekankan pentingnya dukungan bagi UMKM, terutama dalam bentuk sosialisasi yang membantu meningkatkan daya saing produk di tengah banyaknya bisnis serupa.

“Melalui program pengabdian masyarakat ini, kami ingin mendukung proses pengembangan usaha mie ayam GMG agar semakin maju dan terstandarisasi,” ujar Silvi.

Sementara itu, anggota tim pengabdian masyarakat, Perdana Suteja Putra, menambahkan bahwa program ini juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar langsung tentang pengelolaan usaha di industri makanan. Mengingat produk mie merupakan produk segar yang memerlukan penyimpanan khusus agar tetap terjaga kualitasnya, mahasiswa mendapatkan wawasan langsung mengenai tantangan di sektor ini.

Sukijo, pemilik UMKM GMG, berbagi pengalaman dan memberikan motivasi bagi para peserta. Menurutnya, membangun bisnis memerlukan ketekunan dan proses bertahap, bukan sesuatu yang bisa diperoleh secara instan.

“Memulai usaha harus dari nol, jangan hanya mencari cara instan. Belajar langsung dari pengalaman di lapangan sangat penting agar bisnis bisa bertahan dan berkembang,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa ilmu yang diperoleh di perkuliahan sangat berharga dalam menghadapi tantangan bisnis.

“Dengan pengetahuan yang diperoleh di kelas, kita bisa mengantisipasi berbagai kendala yang mungkin muncul. Tinggal bagaimana mengimplementasikannya di lapangan dan bertahan di tengah persaingan,” tambahnya.

Sukijo kemudian membagikan perjalanan bisnis GMG serta strategi supply chain yang diterapkannya. Awalnya, GMG hanya memiliki empat gerobak, namun kurang mendapat respons karena wilayah sekitar masih sepi. Bahkan sempat terpikir untuk pindah ke Purwakarta karena bisnis tidak berkembang. Namun, dengan ketekunan dan kesabaran, GMG kini telah mencapai titik kesuksesan.

“Semua bahan yang kami gunakan adalah bahan segar. Untuk distribusi ke cabang, kami menggunakan sistem pengambilan dengan bonus tambahan mie, sehingga bisa mengurangi biaya pengiriman,” jelasnya.

Antusiasme mahasiswa terlihat dari berbagai pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi. Salah satu mahasiswa, Lisa, bertanya bagaimana cara GMG memprediksi kebutuhan mie di setiap cabang agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan produksi.

Menanggapi hal tersebut, Sukijo menjelaskan bahwa proses produksi mie berlangsung hanya 1-2 jam. Oleh karena itu, GMG menerapkan sistem pre-order yang dilakukan 1-2 hari sebelum produksi dimulai. Sistem ini dipilih karena beberapa cabang masih menerapkan sistem buka-tutup, sehingga permintaan mie di setiap cabang tidak selalu sama.

Melalui program ini, diharapkan GMG dapat terus berkembang dan dikenal lebih luas, terutama karena telah memahami standar produk halal serta siap mengimplementasikannya. Tim pengabdian masyarakat juga menyatakan kesiapan mereka untuk mendampingi GMG dalam proses sertifikasi halal serta pengembangan lebih lanjut di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *